JURNALSUKABUMI.COM – Akses menuju Kadusunan Ciangrek, Desa Mekarasih, Kecamatan Simpenan, Kabupaten Sukabumi sangat memprihatinkan. Jalan yang masih berbatu dan terjal membuat warga disana nyaris terisolir. Mirisnya lagi, lokasi tersebut tidak jauh dari Ibukota Palabuhanratu.
Informasinya, untuk menempuh lokasi itu warga terpaksa harus menempuh jarak hampir 7 km dan hanya kendaraan roda dua khusus yang bisa sampai di sana. Bahkan, untuk membawa warga sakit pun harus menggunakan tandu darurat.
Ditambah dengan kabar keluhan lainnya, seperti mengenai realisasi Program Keluarga Harapan (PKH) yang tidak dipegang langsung oleh penerima manfaat, Pembangunan Posyandu yang disulap jadi rumah, Pembangunan jalan yang asal-asalan, hingga lapang sepak bola yang dinilai mangkrak.
Terkait hal itu, Kepala Desa Mekarasih, Ujang Suryadi menjelaskan, kondisi jalan terjal dan masih berbatu memang benar adanya, bahkan sudah disampaikan ke DPRD dan Bupati Sukabumi.
“Sudah disampaikan ke pak Dewan dan Bupati, namun belum sepenuhnya dibangun. Terkait, ongkos ke dusun itu memang sekitar Rp 100 ribu perorang dan itu pun hanya bisa dilalui oleh motor khusus,” ujarnya.
Adapun terkait keluhan PKH, ia mengaku akan segera mengkomunikasikan ke pihak terkait. Karena, program itu termasuk kartu penerimanya biasanya dipegang sepenuhnya oleh masing-masing penerima.
“Nah untuk PKH kan ada pendampingnya. Akan tetapi saya akan berkomunikasi sama kadus agar informasi ini terbuka fakta adanya,” jelasnya.
Lanjut Ujang, menanggapi soal dugaan pembangunan jalan fiktif itu sangat dibantah keras. Karena setiap proses pembangunan bukan dilakukan sepihak. Kemudian, proyek jalan itu pun dikerjakan oleh CV.
“Pembangunan jalan baru dilaksanakan pada tahun 2022 dan 2023, karena sebelumnya tengah covid. Dan itu dikerjakan pihak ketiga alias CV. Jadi jika ada tudingan fiktif tinggal dipanggil saja oleh APH saya siap,” tegasnya.
Pengerjaan jalan itu dilakukannya, agar mempermudah akses ke Dusun Ciangrek dan bisa dilalui kendaraan roda empat. Sehingga, warga di sana mendapat hak yang sama.
Pengaspalan tahun 2022 panjang 750 m x 2 m dan pengaspalan tahun 2023 dengan panjang 650 x 2 m.
“Kami berharap mobil bisa masuk ke sana sehingga dilakukan pengaspalan. Termasuk, RAB, pengawasan semua suda dilalui hingga pengukuran volume jalan dilakukan bersama-sama dengan masyarakat. Dari 7 km meter baru dibangun 1,4 km,” jelasnya.
Sementara terkait soal Posyandu yang disulap jadi rumah, Ujang pun menjelaskan kronologisnya. Ia mengaku masa jabatan kades pertamanya hingga tahun 2014. Dan pembangunan posyandu sekitar tahun 2007 menggunakan DD. Namun setelah itu dirinya lengser dan kembali menjabat di tahun 2019.
“Posyandu itu ambruk rata dengan tanah saat saya tidak menjabat kades, hemat warga dari pada tidak digunakan jadi dimanfaatkan untuk rumah hunian. Akan tetapi, insyallah tahun ini kita akan bangun 3 posyandu di Ciangrek,” paparnya.
Terakhir, soal isu lapang yang dinilai mangkrak, Ujang menjelaskan, anggaran bantuan yang diterima untuk pembangunan memang masih jauh. Meskipun ditambah dengan DD. “Soal lapang kita tambah dengan DD tahun 2022 sebesar Rp 21 juta, namun itu pun sifatnya hanya untuk pengurungan dan perataan saja. Jadi untuk lapang ideal masih sangat jauh biayanya hingga sampai saat ini memang belum bisa digunakan,” tutup Ujang.
Redaktur: Ujang Herlan
Discussion about this post