-
JURNALSUKABUMI.COM – Pupuhu Paguyuban Padjadjaran Anyar, Abah Firman Nirwana Boestomi mendukung penuh pembangunan Taman Wisata Alam (TWA) berbasis agroforestry di Desa Citepus, Kecamatan Palabuhanratu, Kabupaten Sukabumi.
Abah Firman sekaligus tokoh budayawan menilai bahwa konsep TWA berbasis agroforestry akan menjadi daya tarik baru bagi wisatawan, baik lokal maupun luar.
“Citepus bila dibuat TWA berbasis agroforestry akan terlihat indah, tertata rapi di sepanjang pantai Citepus. Ini pasti akan menjadi magnet baru yang memikat banyak wisatawan,” ujarnya, Senin (16/12/2024).
Agroforestry merupakan sistem pengelolaan lahan yang menggabungkan kegiatan kehutanan dan pertanian, dengan mempertimbangkan aspek sosial, ekonomi, dan budaya masyarakat.
Rencana pembangunan TWA di Citepus tidak hanya akan memberikan keindahan alam yang tertata, tetapi juga melibatkan masyarakat setempat untuk mendukung keberlanjutannya. Menurut Abah Firman, pembangunan ini juga selaras dengan pelestarian budaya Sunda.
“Sebagai Pupuhu di Palabuhanratu, saya akan selalu mendukung, apalagi jika proyek ini menyangkut adat dan kebudayaan Sunda,” tambahnya.
Berdasarkan seat plan lokasi, nantinya TWA ini tidak hanya akan menawarkan taman-taman asri, tetapi juga ruang khusus untuk para penggiat seni.
Tempat ini dirancang untuk memfasilitasi seniman lokal dalam menampilkan karya mereka kepada wisatawan, sekaligus mempromosikan budaya Sunda kepada khalayak yang lebih luas.
“Jika ada ruang untuk seni dan budaya, maka TWA ini tidak hanya menjadi destinasi wisata alam, tetapi juga pusat pelestarian budaya dan edukasi,” ungkap Abah Firman.
Pembangunan TWA berbasis agroforestry ini diharapkan dapat memberikan dampak positif bagi sektor pariwisata dan perekonomian lokal.
“Selain meningkatkan kunjungan wisatawan, proyek ini juga diharapkan mampu membuka peluang kerja bagi masyarakat setempat dan menjaga kelestarian lingkungan di kawasan pesisir Palabuhanratu,” tandasnya.
Informasi dihimpun, Proyek ini diinisiasi oleh Dinas Lingkungan Hidup dan dikerjasamakan dengan PT. Pasifik Budaya Pariwisata, dengan memanfaatkan lahan milik Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) seluas kurang lebih 8 hektare.
Reporter: Ilham Nugraha | Redaktur: Ujang Herlan
Discussion about this post