JURNALSUKABUMI.COM – Tim redaksi jurnalsukabumi.com melakukan tanya jawab bareng Anggota DPR RI Heri Gunawan, dalam penanganan dan kondisi virus wabah covid 19 saat ini, Jumat (27’03/20).
Mengapa daya sebar virus korona begitu cepat. Di Indonesia sudah 800 lebih kasus ini terjadi. Bagaimana bapak menilai aksi pemerintah dalam pencegahan dan penanganan wabah virus corona?
Tingkat kematian akibat corona di Indonesia termasuk yang tertinggi di dunia, yakni mencapai 8,7 persen. Angka tersebut 2 kali lipat di atas rata-rata dunia yang hanya 4 persen. Tingginya tingkat kematian corona di Indonesia membuktikkan pemerintah terlambat dalam mengantisipasi mewabahnya corona di Indonesia.
Keterlambatan pemerintah dapat terkonfirmasi dari jejak digital para pejabat yang pada awalnya meremehkan corona. Para pejabat tersebut berkomentar bernada meremehkan corona. Ada yang jumawa bahwa Indonesia tidak mungkin kemasukan corona. Ada yang meledek bahwa corona tidak mungkin masuk Indonesia karena ijinnya berbelit-belit. Dan bahkan menantang Harvard University untuk membuktikkan keberadaan corona di Indonesia.

Sikap tersebut jelas menunjukkan bahwa pemerintah tidak mempersiapkan menghadapi corona. Maka saat diumumkan pertama kali kasus positif corona pada 2 Maret 2020, semuanya tidak siap menghadapinya. Akibatkan jumlah positif terus bertambah dan jumlah yang meninggal dunia pun mengalami lonjakan yang cepat.
Ironisnya, awalnya Indonesia tidak belajar dari negara-negara yang terdampak corona terlebih dahulu. Saat corona masuk Indonesia, semuanya tidak siap. Bahkan untuk APD dan masker pun mengalami kekurangan yang signifikan.
Saat ini, kondisinya sudah berbeda. Walaupun relatif terlambat, penanganan yang lakukan pemerintah sudah lebih baik, aksi cepat tanggap yang dilakukan dalam mengevaluasi warganya terkait Virus Covid-19 tentunya telah sesuai prosedur dari arahan lembaga kesehatan.
Apakah kebijakan social distance sudah efektif dan sejauh mana kepatuhan masyarakat kita?
Program social dan physical distancing secara keseluruhan bisa dikatakan baru efektif 50 persen. Namun program yang digalakkan pemerintah misalnya libur sekolah dan work from home bagi ASN dapat dikatakan telah berhasil. Namun tidak bagi pegawai informal dan swasta. Dapat dilihat pada transportasi umum, masih terlihat penumpukan penumpang yakni saat diberlakukan pembatasan armada. Artinya masih banyak pegawai swasta atau informal yang harus berjibaku di jalan sehingga kesulitan mengikuti program social distancing.
Solusinya, pemerintah tidak hanya sebatas menghimbau kepada perusahaan swasta untuk meliburkan pegawainya, namun sifatnya harus paksaan. Tanpa ada pembatasan yang ketat, pertumbuhan jumlah pasien karena penularan virus bersifat eksponensial. Artinya untuk tiap periode waktu yang sama akan terjadi dengan jumlah pasien menjadi N kali kali lipat dari jumlah pasien sebelumnya.
Di samping itu sosialisasi, mungkinkah masyarakat abai atau mungkin suka mempercayai aneka hoax yang beredar dan sebetulnya berdampak negatif. Sangat disayangkan penduduk yang rata-rata memakai smartphone dengan teknologi canggih lebih suka memilih kabar burung ketimbang konfirmasi resmi pemerintah. Sudah saatnya move on dan bersatu padu menanggulangi wabah internasional ini. Sudah waktunya meredam kepanikan, ketakutan serta pesimisme yang terus bergulir. Mari bersama-sama menghadapi pandemi ini agar segera lekas berlalu.
Apa harapan Bapak kepada masyarakat?
Mari, hilangkan egoisme dalam diri. Bantu dan dukung pemerintah dalam proses mengatasi kegentingan penyebaran wabah ini. Masing-masing orang bersikap bertanggungjawab, cerdas, dan bersolidaritas dengan sesama.
Editor: Redaksi
Discussion about this post