JURNALSUKABUMI.COM – Sekitar 1.000 lebih santri di Ponpes Dzikir Al Fath, Kecamatan Gunungpuyuh, Kota Sukabumi telah berjejer kurang lebih 100 meter dari gerbang hingga area lapangan sambil memegang kardus yang digunakan untuk mengipas mempertahan bara api arang.
Mereka bersiap siap untuk membakar sate di atas tungku yang cukup panjang. Ketika aba-aba diberikan, para santri langsung mengibaskan kardus untuk membakar sate.
Diketahui, ini merupakan tradisi bakar sate terpanjang yang rutin dilaksanakan di Ponpes Dzikir Al Fath setiap Hari Raya Idul Adha sejak lima tahun terakhir. Pada tahun ini kurang lebih ada 5.000 tusuk sate hasil dari penyembelihan 11 ekor domba dan 3 ekor sapi.
“Ada 5.000 tusuk yang kita siapkan karena ini ada 1.000 santri kurang lebih santri memegang lima tusuk sate per orang,” kata Pimpinan Ponpes Dzikir Al Fath, KH Fajar Laksana, Selasa (18/06/2024).
Kegiatan ini rutin dilaksanakan sebagai bentuk rasa syukur setelah sebelumnya melaksanakan puasa Tarwiyah dan Arafah kemudian takbiran, sholat Idul Adha dan penyembelihan hewan kurban.
“Maknanya yang pertama kita bersyukur kepada Allah setelah kita melaksanakan syariat ajaran Islam yaitu salat Idul Adha dan penyembelihan hewan kurban sebelumnya kita juga melakukan shaum sunnah dulu,” jelasnya.
Kegiatan ini bermakna untuk mengingkatkan kembali bagaimana peristiwa Nabi Ibrahim AS ketika diperintah oleh Allah untuk mengorbankan anaknya lalu oleh Allah digantikan seekor biri-biri atau seekor domba
“Maka ini akan menjadi suatu pelajaran yang langsung terasa oleh para santri bagaimana kemudian kurbannya Nabi Ibrahim AS digantikan dengan seekor biri-biri,” sambungnya.
Selain itu dengan adanya kurban, dapat menjadi pelajaran untuk berbagi kepada sesama terutama kalangan yang membutuhkan.
“Kurban ini menjadi syariat ajaran Islam di mana setiap helai rambut hewan kurban akan dicatat oleh Allah sebagai satu kebaikan dan setiap tetesan darahnya bisa mengampuni orang yang berkurban dan daging kurbannya dibagikan untuk yang membutuhkan utamanya para santri yatim-piatu dan dhuafa ini mendapatkan suatu kegembiraan dan meningkatkan iman dan taqwa kepada Allah SWT,” tuturnya.
Sementara itu salah satu santri bernama Sofi (17) mengatakan telah mengikuti kegiatan ini sejak tahun kemarin. Dia mengaku berantusias dengan adanya kegiatan ini.
“Seru menurut Sofi mah ini teh hal yang menarik dan jadi sebagai pengalaman Sofi di sini hal yang beda. Di luar ga ada yang kayak gini. Ya soalnya seru sebelumnya kan ada festival domba. Sekarang dibuat sate,” tandasnya.
Reporter: Fira AFS | Redaktur: Ujang Herlan
Discussion about this post