JURNALSUKABUMI.COM – Sejuk nan menyegarkan. Itu lah yang terasa saat mengunjungi Cukang Taneuh di Desa Kertayasa, Kecamatan Cijulang, Kabupaten Pangandaran, Jawa Barat. Cukang Taneuh atau Green Canyon ala Pangandaran itu, adalah objek wisata yang baru saja membawa Desa Kertayasa menjadi juara Desa Wisata Nusantara 2019.
Wisatawan dapat menikmati keindahan sungai dengan pemandangan sekitarnya yang menarik. Air yang jernih, pepohonan rimbun, tebing karst, air terjun kecil, hingga bebatuan yang tampak unik
Pengelolaan wisata di tempat ini dilakukan secara mandiri oleh warga setempat melalui Badan Usaha milik Desa (BumDesa) Guha Bau. Berwisata ditempat ini serasa sedang berpetualang.
Salah satu hal yang patut dicoba wisatawan di Green Canyon adalah body rafting. Ini merupakan kegiatan wisata unggulan yang menawarkan dua trek.
Ada trek panjang (10 kilometer), dan trek pendek (5 kilometer). Tiket untuk menikmati keseruan body rafting hanya Rp225 ribu (trek panjang) dan Rp200 ribu (trek pendek).
Harga sudah termasuk perjalanan menggunakan mobil, perahu, makan, asuransi, dan tentu saja body rafting itu sendiri dengan pemandu berpengalaman.
“Pesertanya minimal lima orang. Bisa satu kelompok atau digabung dengan peserta lain. Waktu tempuhnya sendiri 4-5 jam untuk trek panjang dan 1,5-3 jam untuk trek pendek,” kata Teten Sutanto, Ketua BUMDes Guha Bau belum lama ini.
Sepanjang perjalanan, pengunjung bertualang menyusuri sungai yang terlihat seolah hijau karena pantulan warna dedaunan. Tapi, air di sini benar-benar jernih dan menyegarkan. Pengunjung juga harus berenang hingga berjalan kaki melewati bebatuan.
Jika tak bisa berenang, tak perlu khawatir. Setiap peserta dibekali pelampung, helm, sepatu karet, dan tentunya didampingi pemandu yang siap membantu jika sewaktu-waktu anda perlu bantuan.
Green Canyon sendiri kini jadi favorit wisatawan. Tahun lalu, pengunjung yang menikmati kegiatan body rafting menjadi 15 ribu orang. Hal ini berdampak positif untuk kegiatan ekonomi warga setempat. Bahkan, perputaran uangnya mencapai Rp2 miliar.
“Dulu sebelum jadi tempat wisata, bagi masyarakat di sini, Green Canyon itu adalah tempat angker. Tapi setelah jadi tempat wisata, secara perlahan mulai berkembang dan memberi manfaat bagi warga di sini,” jelas Teten.
Pihak BUMDes Guha Bau terus mengembangkan potensi wisata di Desa Kertayasa. Rencananya akan dibangun tempat pentas untuk menampilkan ragam kesenian khas daerah.
“Kami juga akan mengembangkan Green Coral yang sekarang belum begitu dikelola karena kemarin kondisi sungainya tidak ada airnya akibat kemarau,” tutur Teten.
Yang menarik, berbagai pengembangan dan pengelolaan wisata oleh BUMDes Guha Bau sangat fokus pada pemberdayaan masyarakat. Mayoritas yang dilibatkan adalah para tenaga lokal alias warga setempat.
Hal ini memang berdampak pada lambatnya kemajuan karena tak ada investor luar yang masuk. Tapi, hal ini membuat warga setempat bisa tetap berdaya di daerahnya sendiri.
“Memang untuk progres terus terang saja (pengembangan wisata) di desa ini lambat. Tapi, kami punya keyakinan, walopun lambat tapi insya Allah dengan keyakinan dan cita-cita yang besar kita, insya Allah bakal mampu. Daripada cepat (dengan kehadiran investor) tapi kita hanya sebagai pembantu, lebih baik jadi pelaku walaupun lambat,” pungkas Teten.
Discussion about this post