Oleh: A. Ruslan. S (Mata Sosial)
Sebagai rasa penghormatan yang begitu tinggi terhadap Baginda Nabi Besar Muhammad Shallallahu ‘alaihi Wa Sallam. Hampir di seluruh Nusantara ini bahkan di dunia, selalu merayakan Maulid atau Hari Kelahiran Nabi Muhammad SAW yang jatuh pada tanggal 12 Rabiul Awal tiap tahunnya. Atau diperkirakan jatuh pada hari Sabtu tanggal 9 November 2019.
Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi Wa Sallam ini adalah sosok manusia yang dimuliakan oleh Allah SWT. Karena Nabi Muhammad SAW adalah Nabi yang diutus untuk seluruh umat manusia di sepanjang jaman dan sekaligus sebagai nabi terakhir atau penutup yang diutus ke muka bumi ini untuk menyempurnakan akhlak atau budi pekerti baik secara agama maupun secara sosial.
Kehadiran Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi Wa Sallam di muka bumi ini sangat diakui peran pentingnya serta petunjuk-petunjuknya oleh seluruh umat manusia, tidak hanya oleh Kaum Agama Islam saja. Dilihat dari sejarahnya tentang peringatan Maulid Nabi Shallallahu ‘alaihi Wa Sallam yang dirangkum dari berbagai sumber.
Adalah pada tahun 1138-1193 M di Irak pada masa Sultan Shalahuddin Al-Ayyubi dan diperkenalkan oleh Gubernur Irbil Abu Said Al-Qakburi. Dengan tujuan memperkuat persatuan dan kesatuan Umat Islam dari perebutan tanah Suci Yerusalem oleh Tentara Salib Eropa.
Hemat Mata Sosial, dilihat dari sejarah dan tujuan diadakannya Maulid Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi Wa Sallam, seharusnya tidak hanya sekedar memperingati atau penghormatan dan perayaan kelahiran Baginda Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi Wa Sallam saja. Seyogyanya kaum muslim lebih semangat dan memaknai serta menauladani Baginda Rasulullah Nabi Besar Muhammad SAW dalam memperjuangkan keadilan sosial dalam presfektif Agama Islam.
Sungguh ironis jika seandainya dengan semaraknya dan megahnya acara peringatan Maulid Nabi Besar Muhammad Shallallahu ‘alaihi Wa Sallam tiap tahunnya, tapi tidak memberi dampak yang signifikan dalam lingkungan dan dalam kehidupan sehari-hari yang bersosial, berbangsa dan beragama. Di mana kasus-kasus sosial semakin meningkat yang dilatarbelakangi oleh berbagai faktor seiring dengan perkembangan jaman.
Kasus anak terlantar, kasus yatim piatu terlantar, kasus jompo terlantar, kasus anak kurang gizi, kasus narkoba dan narkotika, kasus pergaulan bebas, Kasus kemiskinan, kasus pemahaman-pemahan radikal atau teroris, kasus-kasus sosial lainnya.
Ketika kiri-kanan masih ada yang belum masak nasi, ketika tetangga kiri kanan masih ada yang menahan sakit, dan ketika kiri-kanan masih ada yang berjuang mati-matian untuk bertahan hidup, kita tidak menyentuhnya dengan salam, kita tidak mengulurkan tangan untuk sebuah persaudaraan karena hakekatnya sesama muslim itu bersaudara.
Kasus-kasus tersebut memang tanggung jawab pemerintah dalam sebuah negara untuk menyelesaikannya dengan segala program dan kebijakannya. Selain itu merupakan tanggung jawab individunya masing-masing dalam berjuang dan memperbaiki kehidupannya. Karena Tuhan tidak akan merubah nasib suatu kaum kecuali dirinya sendiri yang merubah.
Di samping itu, hal ini pun jadi tanggung jawab bersama-sama dalam kehidupan beragama dan bersosial, karena sebaik-baiknya manusia adalah yang bisa memberi manfaat serta pertolongan bagi sesamanya.
Di sini pula hemat Mata Sosial, perlunya turun langsung tokoh-tokoh agama dalam memberikan contoh atau komando di daerahnya masing-masing, untuk menanamkan serta sebagai edukasi direck/langsung terhadap lingkungan sekitar, bahwa sesungguhnya Islam itu benar-benar sangat lembut dan penuh kasih sayang serta Rahmatan lil alamiin atau Rahmat bagi seluruh alam. Seperti yang Baginda Nabi Besar Muhammad Shallallahu ‘alaihi Wa Sallam memberikan contoh pada umatnya.
Pemerintah atau instansi terkait, serta kita semua juga harus mengapresiasi terhadap perjuangan para guru ngaji atau guru agama di perkampungan yang terus konsisten mencerdaskan kehidupan anak bangsa lewat pendidikan agama sejak dini.
Salah satunya sebagai bentuk penghargaan atau apresiasi dari pemerintah atau instansi terkait adalah dengan memperhatikan kesejahteraan para guru ngaji atau guru agama tersebut, melalui program atau kebijakan-kebijakan pemerintah yang bisa menopang kesejahteraan guru ngaji dan guru agama tersebut, yang mamang guru ngaji atau guru agama tersebut masuk dalam kategori harus dibantu.
Jika diimplementasikan esensi dari peringatan Hari Lahir (Maulid) Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi Wa Sallam dalam lingkungan dan keseharian kita. Maka yakin, permasalah-permasalah sosial bisa diminimalisir dan diatasi dengan berkahnya Baginda Nabi Besar Muhammad Shallallahu ‘alaihi Wa Sallam.
Menurut Mata Sosial, Baginda Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi Wa Sallam akan lebih merasa senang ketika memuliakan anak-anak yatim piatu, jompo dan duafa atau hal terkecil sekalipun, yaitu, misal membuang ranting yang menghalangi jalan yang dilalui orang-orang ketimbang dengan meriahnya penyambutan Maulid Nabi Besar Muhammad Shallallahu ‘alaihi Wa Sallam jika seandainya tidak bisa memberikan dampak kebaikan nyata yang signifikan. Tapi kita yakin Keberkahan itu selalu ada dalam menyambut Hari Kelahiran (Maulid) Nabi Besar Muhammad Shallallahu ‘alaihi Wa Sallam.
Akan tetapi, pada dasarnya dari jaman Nabi Adam ‘Alaihis Salam sampai Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi Wa Sallam tidak ada perayaan-perayaan yang bereuforia dengan penampilan atau exhibition yang berlebih. Para nabi dan rasul mengajarkan tentang kasih sayang dan kepedulian serta berbagi.
Mengajarkan pada sebuah kesederhanaan dan menitikberatkan kepada ketauhidan yaitu hanya kepada Allah lah memohon segala permohonan dan memanjatkan do’a, serta tidak ada yang wajib disembah hanya kepada Allah lah kita menyembah.
Tentu dengan dicetuskannya perayaan Maulid Nabi Besar Muhammad Shallallahu ‘alaihi Wa Sallam oleh Gubernur Irbil Abu Said Al-Qakburi di Irak pada masa Sultan Shalahuddin Al-Ayyubi, perlu diapresiasi oleh seluruh umat Islam, karena itu adalah upaya dan langkah strategis dalam menyelamatkan nilai-nilai persatuan dan kesatuan Umat Islam pada masa itu yang hampir merosot dan lemah.
Dengan diadakannya perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW saat itu. Semangat juang dan semangat menjalin persatuan dan kesatuan menjadi kekuatan baru bagi Umat Islam.
Tradisi ini harus terus dijaga untuk terus menauladani sifat-sifat Baginda Nabi Besar Shallallahu ‘alaihi Wa Sallam, tentu bukan hanya sekedar seremonial saja. Karena ini benar-benar perlu sebuah pengaplikasian esensi dari Maulid itu kedalam tatanan kehidupan yang beragama, bersosial, berbangsa, dan bernegara. Sesuai apa yang diharapkan oleh para pendahulunya.
Mata Sosial juga memandang, jika terus menerus diterapkan dan atau diaplikasikan esensi dari Maulid Nabi Besar Muhammad Shallallahu ‘alaihi Wa Sallam, ini akan banyak memberikan perubahan positif dan manfaat yang luar bisa serta berkesinambungan dalam kehidupan. D iantaranya:
1. Bisa meminimalisir tingkat kemiskinan dengan dijalankannya sedekah ramai-ramai atau bareng-bareng di suatu kampung. Dari kampung oleh kampung untuk kampung.
2. Bisa tercipta komunikasi dan silaturahmi yang penuh dengan nilai-nilai persaudaran dalam memperkuat Ukuwah Islamiyah atau persatuan dan kesatuan antar sesama.
3. Bisa tercipta kerukanan dan keharmonisan, serta terwujudnya masyarakat yang berbudaya luhur.
4. Bisa meminimalisir faham-faham radikalisme dan terorisme yang menyusup ke berbagai lini kehidupan sosial.
5. Bisa memberi kontribusi besar terhadap negara dalam membantu mengatasi permasalah-permasalahan sosial yang krusial.
6. Bisa meminimalisir oknum-oknum koruptor di tingkat pemerintahan masing-masing.
7. Sebagai salah satu wujud meneruskan perjuangan Baginda Nabi Besar Muhammad Shallallahu ‘alaihi Wa Sallam, jika pada jaman kenabian perjuangan itu dengan angkat pedang, sekarang tinggal angkat kaki untuk silaturahmi ke lapangan langsung.
Semoga Keberkahan Maulid Nabi Besar Muhammad Shallallahu ‘alaihi Wa Sallam tahun ini lebih meningkat lagi dan menjadi hidayah bagi seluruh umat manusia aamiin. Yang dikhawatirkan adalah ketika berkumpul di majelis untuk siraman rohani, misal siraman rohaninya satu jam, setelah selesai gibahnya tiga jam.
Semoga kita semua di jauhkan dari fitnahnya akhir jaman. Aamiin. Dalam hal ini bukan berapa kitab yang digali dan bukan berapa lama waktu yang ditempuh untuk belajar ilmu agama, tapi berapa mampu menjalankan dan mengamalkannya. Dengan otomatis Allah akan memberikan dan menambah Hidayah dan Ilmu Pengetahuan kepada yang mampu mengamalkannya. Walau cuma satu ayat.
Semua yang ditulis ini hanya asumsi saja. Jika ada baiknya itu karena semata-mata kebesaran Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Dan jika ada salahnya itu pasti diakibatkan kebodohan saya. Semoga kita semua selalu saling memaafkan. Aamiin.
Semoga para kiyai, para ajengan, dan para ustad di daerah masing-masing selalu diberikan keberkahan serta kesehatan lahir dan batin. Agar terus bisa membimbing kita dan generasi milenial ini pada jalan kebaikan dan jalan yang di Ridhoi Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Aamiin. Berkat beliau-beliau lah kita bisa belajar ilmu agama yang baik dan benar, aamiin. (***)
Discussion about this post