JURNALSUKABUMI.COM – Banjir bandang yang melanda Kecamatan Cisolok mengundang perhatian berbagai pihak. Selain akibat hujan ekstrem, muncul dugaan bahwa aktivitas tambang ilegal di wilayah hulu sungai turut memperparah bencana ini.
Namun, Kepala Pelaksana BPBD Jawa Barat, Teten Ali Mulku Engkun, menegaskan bahwa dugaan tersebut tidak bisa diputuskan secara sepihak dan harus dibuktikan melalui kajian ilmiah oleh tim ahli geologi.
“Saya belum tahu situasinya apakah berpengaruh langsung atau tidak. Nanti akan ada tim geologi yang meneliti. Yang jelas, faktor cuaca dengan intensitas hujan sangat tinggi menjadi pemicu utama banjir ini,” ujar Teten, Rabu (28/10/2025).
Menurut laporan BPBD Jabar, curah hujan di wilayah tersebut mencapai 200 milimeter dalam waktu singkat, angka yang dikategorikan ekstrem dan berpotensi menimbulkan longsor serta luapan air sungai.
Kombinasi kondisi geografis dan tingginya laju air diduga menjadi faktor dominan terjadinya banjir bandang yang merendam puluhan rumah dan menutup akses jalan.
BPBD Jabar bersama TNI, Polri, relawan, dan perangkat daerah terus melakukan upaya percepatan penanganan. Akses menuju lokasi terdampak sudah mulai dibuka dan sejumlah logistik mulai tersalurkan kepada warga.
“Mudah-mudahan besok daerah terisolir bisa terbuka seluruhnya. Ada 45 kepala keluarga yang sangat membutuhkan bantuan mendesak,” jelas Teten.
Medan yang berat dan masih terjadi hujan menjadi tantangan utama di lapangan. Namun, tim gabungan tetap melakukan penanganan nonstop demi memastikan kebutuhan dasar masyarakat terpenuhi.
Teten menegaskan, prioritas saat ini adalah memasukkan logistik ke wilayah terdampak agar fase tanggap darurat berjalan optimal.
“Logistik harus masuk dulu ke lokasi terisolir. Ini sudah lebih dari 48 jam, sehingga yang paling urgen adalah memastikan kehidupan masyarakat bisa kembali berjalan meski dalam situasi darurat,” tandasnya.
Reporter: Ilham Nugraha | Redaktur: Ujang Herlan










