JURNALSUKABUMI.COM – Puluhan karya seni rupa hasil seniman pemuda asal Sukabumi, dipamerkan di Rumah Budaya Sukuraga Jalan Sukakarya nomor 30, Kelurahan Sukakarya, Kecamatan Warudoyong, Kota Sukabumi, mulai Jumat (26/5/2023) hingga Sabtu (3/6/2023).
Sebanyak 33 karya seni rupa, hasil tangan Igo Rizqullah Iskandar (21) mahasiswa Institut Seni Budaya Indonesia (ISBI) Bandung jurusan seni murni ini, telah memukau mata pengunjung terutama pada karya lukisannya yang unik.
Ragam bentuk hasil olah daya imajinasi dan perasaan sang pelukis, direpresentasikan menjadi lukisan unik dengan perpaduan warna dan detail bentuk yang memiliki makna tersendiri.
Pameran tunggal ini dapat dinikmati oleh masyarakat umum mulai pukul 09.00 WIB pagi hingga pukul 20.00 WIB malam, di Rumah Budaya Sukuraga tanpa dipungut biaya atau gratis.
Karya seni rupa yang dihasilkan sejak dalam kurun waktu setahun ini 2022 sampai 2023, dipamerkan dengan tema IGO yang artinya ‘aku pergi’ mempunyai makna bergerak untuk lebih baik lagi.
Atau dengan kata lain, terus berjalan melakukan kebaikan yang bermanfaat untuk sesama. Hal itu disampaikan Founder Rumah Budaya Sukuraga, Effendi yang juga guru dan mentor dari seniman muda Igo Rizqullah Iskandar.
Effendi menceritakan dirinya bertemu dengan Igo ketika masuk sekolah kelas 1 di SMP swasta di Kota Sukabumi. Dirinya yang menjadi guru kesenian Igo kala itu, dan terus membimbingnya hingga akan naik ke SMA.
“Nah karena dia SMA di Bandung, kita lama tidak bertemu, dan ketemu lagi saat dengan komunitas cat air Indonesia Chapter Sukabumi mengadakan kegiatan di Sukabumi. Nah saya datang ke rumahnya, maksudnya untuk mengajak pameran, ternyata banyak karya-karyanya yang berbakat, luar biasa,” tutur pria yang akrab disapa Fendi seusai kegiatan pameran, Sabtu (27/5/2023).
Fendi mengatakan, Igo berasal dari keluarga yang mencintai seni dan peduli akan seni. Oleh karena itu ketika digagas akan digelar pameran seni rupa tunggal ini, keluarga Igo sangat mendukung dan mengapresiasi ide tersebut dengan merealisasikannya.
Sementara itu kurator pameran karya seni tunggal IGO, Diyanto menuturkan, alur goresan garis yang diciptakan pena, pensil, pastel maupun kuas, selain merinci arah, dimensi dan ukuran, juga menimbulkan kesan gerak, seperti panjang, pendek, tebal, tipis, lurus atau lengkung, vertikal atau horizontal.
“Secara keseluruhan karya-karya yang dibuat oleh IGO memperlihatkan suatu kecenderungan khas, memperlihatkan bagaimana unsur garis demikian berperan dalam perwujudan karyanya,” ucap Diyanto.
Diyanto menilai, tindakan yang dilakukan IGO, nampak menonjolkan keutamaan cara menarik garis yang mendefinisikan bentuk atau tepi dan lebih tepat disebut kontur di atas permukaan bidang gambar.
Lebih lanjut, masih kata Diyanto, namun kontur yang ditarik dan ditegaskan oleh IGO sejatinya tidak hanya menggambarkan tepi terluar dari suatu bentuk (kontur murni), melainkan mewujudkan suatu imaji berdasar tindakan (aksi) yang telah menjadi kebiasaan atau tindakan sadar. Suatu kebiasaan (tindakan) yang berpijak pada cara kerja intuitif.
“IGO dalam setiap kerja artistiknya, seakan bertolak dari tindakan spontan dalam menarik garis. Layaknya menggambar kontur buta (blind contour drawing), yakni kebiasaan tindakan untuk tidak mengangkat alat yang digunakan menarik garis atau menggambar sebelum garis itu mewujud,” jelas dia.
Dia menambahkan, dari karya-karya IGO tersebut secara tidak langsung mengingatkan bahwa apa yang diharapkan sebagian besar orang selaku kenyataan, pada dasarnya adalah apa yang kita imajinasikan (being is imaginary).
Maka citra atau imaji yang dihadirkan IGO dalam karyanya selain merupakan ekspresi yang mewakili pikiran dan hati, berhubungan pula dengan ketajaman kesadaran dalam mengolah makna dan nilai dibalik ‘bentuk’ terkait dunia batinnya.
“Semoga kehadiran perupa muda tersebut tidak hanya berhenti menjadi kebanggaan bagi warga Sukabumi khususnya, melainkan turut mewarnai khazanah perupa Jawa Barat,” tandasnya.
Reporter: Fira AFS | Redaktur: Usep Mulyana
Discussion about this post