JURNALSUKABUMI.COM – Banjir bandang yang melanda tiga kecamatan di Kabupaten Sukabumi, Senin (21/09/2020) lalu, dipicu aktivitas Sesar Citarik yang mengakibatkan lempengan tanah bergeser kemudian menutupi bantaran sungai yang berada radius 1 kilometer dari puncak Gunung Salak.
Menurut Kepala Balai TNGHS Resor Kawah Ratu, Gun Gun Ganjar Gunawan, sesuai data yang diterima, sehari sebelum terjadinya banjir terdengar dentuman suara yang cukup keras di Jakarta, tetapi di sekitar kaki gunung tidak mendengar suara tersebut.
“Pemicu eropsi berawal dari gempa bumi bulan Maret mengakibatkan lempengan bebatuan vulkanik bergeser. Ditambah pada saat itu intensitas hujan cukup tinggi,” Kata Gun Gun kepada jurnalsukabumi.com, Kamis (24/09/2020).
Lanjutnya, pada saat sebelum terjadinya banjir bandang, curah hujan dengan intensitas tinggi mencapai 110 Mm dalam waktu yang cukup lama. Kondisi itu mengakibatkan tanah longsor sehingga menutupi aliran air, dan terbentuklah bendungan alamiah.
“Ketika bendungan tidak bisa tertahan lagi, air akan dilepaskan dengan membawa material yang dilewatinya seperti tanah, pepohonan, dan bebatuan,” ujarnya
Menurutnya, intensitas hujan mencapai di atas 100 Mm berimbas di hutan seperti ada titik-titik yang longsor, sekuat-kuatnya tanah pasti terkikis.
“Mungkin benar ada di blok 61 baru jadi ada kurang lebih tinggi 150 meter lebar 12 meter ketinggian itu tebing mungkin longsor duluan membendung jadilah air bah yang cukup besar,” ujarnya.
Reporter: CR1 | Redaktur: E Sulaeman
Discussion about this post