JURNALSUKABUMI.COM – Inovasi dan kolaborasi dilakukan Pemerintah Desa (Pemdes) Tenjolaya, Kecamatan Cicurug, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat untuk terus mengembangkan wilayahnya. Setelah membuka infrastruktur jaringan internet berkolaborasi dengan PT Bogor Net dan Fakultas Teknologi Industri Universitas Trisakti, desa yang dipimpin Aryo Bangun Adinoto ini kembali membuat terobosan bakal membangun lokasi menikmati kopi dengan sajian unik di kaki Gunung Salak.
Uniknya, wadah kopinya terbuat dari tempurung atau batok kelapa yang sudah dibentuk menyerupai gelas. Lokasinya berada di ketinggian 850 Mdpl, tepat di bawah kaki Gunung Salak, Kampung Cipari Girang. Nama tempatnya yaitu Cipgir alias Cicip Digigir. Di sekitar lokasi itu saat ini tengah dalam penataan pembangunan objek wisata dan pengkajian pembukaan pintu pendakian legal ke Gunung Salak.
“Ide ini muncul saat menerima tim survey dari Universitas Trisaksi dan PT Bogor Net terhadap program internet di perbatasan kawasan Gunung Salak yang sudah 75 persen terkoneksi jaringan wifi. Begitu disuguhi kopi menggunakan cangkir dari batok kelapa, mereka menyambut baik, malah akan men-support pembuatan cangkir dengan menyediakan mesin pencetaknya,” kata Aryo seperti dilansir poskotanews.com saat menyambangi Saung Subrang atau Cicurug Kopi Solidaritas (CKS).
Cangkir dari batok kelapa itu, sambung Aryo, merupakan buah tangan warganya. Bahannya juga mudah ditemukan di wilayahnya. Ibarat gayung bersambut, ternyata sumber daya manusianya juga sudah tersedia yakni berasal dari CKS. CKS merupakan wadah sosial dari berbagai komunitas, seperti pecinta kopi, sepeda, adventur, volunteer dan lainnya.
“Di tempat itu nantinya kita kaloborasikan konsep modern, tradisional, dan natural. Modern karena di sana yang awalnya blank spot kini sudah terjangkau internet, tradisional sebab nanti lokasi dan penyajiannya seperti cangkirnya dari batok kelapa, dan natural karena menyuguhkan view dan suasana pegunungan,” paparnya.
Pemilik Saung Subrang, Wa Edo Sadam (40) menyambut baik gagasan kepala desanya dalam memberdayakan warga. Terlebih, di tempatnya yang sudah dua tahun berdiri saban minggu selalu diadakan pelatihan cara menyeduh atau membuat kopi ala barista secara gratis.
“Kami siap mendukung program itu. Sebab, di sini sudah melahirkan beberapa barista andal dan profesional. Kami juga sudah memproduksi kopi yang disebarkan ke beberapa kedai di sini, hingga dipasarkan ke beberapa wilayah di Indonesia. Bahkan, sampai ada juga ke Belanda,” ujarnya.
Dengan keberadaan lokasi baru, Wa Edo menilai akan lebih memberdayakan banyak orang. Selain akan menunjang perekonomian warga, juga menjadi lokasi anyar buat ajang promosi kopi khas Tenjolaya.
Barista, M Rivan Syafariansyah menyebutkan kualitas kopi, terutama robusta dan arabika di sekitar Cicurug tidak kalah bagus dengan wilayah lainnya. Malah, dari beberapa kali dalam ajang kontestasi, kopi asal Cicurug kerap mendapatkan pengakuan dari para pecinta kopi.
“Tinggal bagaimana mengedukasi para petani dalam cara menanam dan memelihara atau merawat agar menghasilkan buah kopi berkualitas. Sebab, kopi di kami ini kualitasnya bagus, itu sudah terbukti ketika kita ikut lomba di beberapa daerah,” tukas pemuda yang karib disapa Mudun ini.
Reporter: FK Robi
Redaktur: ES
Discussion about this post