Oleh: Eka Elprida, S.Pd (Guru Bahasa Indonesia SMK Yasti Cisaat)
Perkembangan teknologi yang semakin pesat, tentu tak dapat dihindari. Hal tersebut memberikan banyak manfaat bagi pengguna. Namun, dampak negatif pun tentu ada. Salah satu yang menjadi sorotan pelajar saat ini adalah literasi. Literasi berkaitan dengan membaca dan menulis. Bahkan disebutkan, literasi lebih dari sekadar membaca dan menulis, ini tentang bagaimana kita berkomunikasi di masyarakat. Ini adalah tentang praktik dan hubungan sosial, tentang pengetahuan, bahasa dan budaya.
Dari penjelasan di atas kita bisa melihat bahwa literasi berkaitan dengan berkomunikasi, pengetahuan, bahasa dan budaya. Dengan literasi, kita bisa mempelajari budaya orang lain. Dengan literasi, kita bisa belajar berkomunikasi dengan masyarakat. Itu adalah bagian kecil dari literasi, tentunya banyak sekali manfaat yang bisa didapatkan melalui literasi. Tapi, mengapa sulit mebudayakan literasi?.
Terkait dengan perkembangan teknologi, banyak yang memanfaatkan hal itu pada sisi positif. Tak banyak pula orang menjadi “candu” dengan hal baik yang menjadi tidak baik. Seperti halnya bermain games. Sah-sah saja orang bermain games, namun kebanyakan pelajar saat ini, seolah tidak memiliki batas waktu untuk bermain games. Bahkan bisa dilakukan sampai larut, hal tersebut tentu berdampak pada kegiatan pembelajaran di pagi hari. Siswa kesiangan, tidak bersemangat belajar, bahkan sampai tidur di meja. Hal ini menjadi kekhawatiran bagi pendidik. Literasi seolah-olah dihilangkan. Padahal, melalui gawai kita bisa menumbuhkan literasi tersebut. Untuk memeroleh bacaan, saat ini kita dimudahkan dengan gawai. Segala bacaan tersedia di sana. Informasi dalam bentuk video pun, bisa kita simak di Youtube. Namun, masih banyak pelajar belum sadar akan hal itu. Masih banyak siswa yang belum menggunakan gawai dengan bijak.
Lalu bagaimana menumbuhkan literasi? Tentu itu bukan hal mudah. Kita bersaing dengan hal yang membuat pelajar “candu”, seperti games. Kegiatan literasi di sekolah harus selalu digalakkan. Misalnya, adanya pojok baca, kegiatan membaca bersama satu sekolah, bahkan melalui kegiatan pembelajaran yang menyenangkan kita bisa menumbuhkan literasi. (*).
Discussion about this post