JURNALSUKABUMI.COM – Insiden penemuan plester bekas di dalam hidangan Menu Bergizi Gratis (MBG) yang viral di kalangan siswa SD Negeri Gadis Cisaat, Kabupaten Sukabumi, disikapi santai oleh pihak sekolah.
Kepala Sekolah SD Negeri Gadis Cisaat, Iis Irawati, menilai kejadian tersebut sebagai murni kelalaian operasional yang wajar, mengingat volume produksi makanan yang sangat besar.
Iis Irawati menjelaskan bahwa insiden plester tersebut diyakini sebagai kesalahan teknis yang tidak disengaja dari pihak Sentra Penyedia Pangan Gratis (SPPG) Cigunung.
“Kami rasa masalah ini tidak usah dibesar-besarkan. Itu hanya kesalahan teknis dari dapur SPPG,” ujar Iis ditemui Selasa (21/10/2025).
Ia menambahkan bahwa selama dua bulan layanan, kualitas dari SPPG Cigunung selalu baik dan tanggap terhadap setiap keluhan.
Pihak sekolah memahami bahwa proses produksi makanan skala besar memang rentan terhadap kesalahan. Iis menyebut satu dapur SPPG setidaknya melayani sekitar 3.500 porsi makanan setiap hari.
“Kami memaklumi karena yang harus dilayani memang bukan jumlah yang sedikit. Bagi kami, ini bukan hal yang membahayakan, apalagi makanan yang ditemukan plester itu belum sempat dikonsumsi oleh anak kami,” tambahnya.
Iis Irawati membantah adanya kekhawatiran berlebihan di kalangan sekolah. Ia justru berharap insiden ini menjadi pelajaran bagi seluruh pihak.
Pihak sekolah, yang hanya bertindak sebagai penerima dan distributor MBG, meyakini bahwa penyedia yang ditunjuk telah memenuhi standar gizi nasional (BGN) dan memiliki ahli gizi profesional.
“Kami sudah berkomitmen dengan guru-guru bahwa kami hanya sebagai penerima. Kami yakin SPPG yang ditunjuk sudah memenuhi standar gizi dan memiliki ahli gizi. Jadi, tidak mungkin mereka akan mencelakakan anak-anak,” tegasnya.
Iis juga menyampaikan harapan agar ke depan SPPG dapat lebih menjaga mutu, terutama terkait jenis menu yang dibagikan.
“Kalau saya berharapnya, kalau bisa yang dimakan anak-anak itu makanan yang kering. Kami khawatir kalau makanan basah itu sering mubazir (terbuang) karena tidak habis, dan itu adalah uang negara,” ungkapnya.
Permintaan Orang Tua dan Respons Pemerintah Daerah
Meskipun sekolah bersikap memaklumi, salah satu perwakilan orang tua siswa, Dian (37), menyuarakan perlunya peningkatan kualitas dan higienitas.
“Kami berharap juru masak lebih berhati-hati dan menjaga kehigienisan. Selain itu, kami minta variasi makanan dan kandungan gizi ditingkatkan,” kata Dian.
Ia juga secara khusus meminta agar susu bermerek tidak dihilangkan dari menu, serta berharap penyajian nasi dapat diinovasi menjadi cetakan seperti Bento agar anak lebih berselera.
Reporter: Fira AFS | Redaktur: Ujang Herlan








Discussion about this post