JURNALSUKABUMI.COM – Puluhan anggota Forum Sukabumi Bergerak (FSB) terlibat aksi ricuh saat hendak melakukan audiensi dengan pihak manajemen PT Glostar Indonesia (GSI) 2 Sukalarang, Kabupaten Sukabumi, Kamis (8/5) siang.
Kericuhan terjadi tepat di depan gerbang pabrik yang berlokasi di Jalan Raya Sukabumi – Cianjur, tepatnya di Kampung Kedung Gede, Desa Titisan, Kecamatan Sukalarang.
Aksi ini digelar FSB sebagai bentuk protes terhadap dugaan maraknya pungutan liar (pungli) dalam proses rekrutmen karyawan, kemacetan lalu lintas di sekitar pabrik, serta ketidakjelasan dana Corporate Social Responsibility (CSR) yang selama ini dijalankan perusahaan.
Informasi dihimpun, hingga sore, massa FSB tiba di depan gerbang PT GSI 2 Sukalarang. Namun sebelum berhasil masuk ke area pabrik, mereka dihadang oleh sekelompok warga yang berjaga di pintu masuk.
Aksi saling dorong dan adu mulut pun tak terhindarkan, bahkan sempat terjadi baku hantam yang mengakibatkan kerusakan pada dua kendaraan milik peserta aksi.
Situasi berhasil diredam setelah petugas Kepolisian yang berada di lokasi melerai kedua belah pihak. Setelah situasi kondusif, perwakilan FSB akhirnya diizinkan masuk untuk berdialog dengan pihak manajemen PT GSI 2 Sukalarang.
Koordinator Aksi FSB, Muhammad Mulki mengatakan, bahwa aksi ini dilakukan setelah pihaknya merasa tidak mendapatkan respons atas surat permohonan audiensi yang telah dikirimkan sebelumnya.
Setelah itu, FSB berencana melaukan aksi demontrasi. Namun, sebelum melakukan pergerakan aksi, FSB melaksanakan silaturahmi dengan tokoh masyarakat.
“Tetapi, dengan berjalannya dinamika pada akhirnya kami beraudiensi. Sehingga aksi demontrasi tidak jadi atau dibatalKan dan sudah disepakati anggota kami masuk ke PT GSI,” jelas Muhammad Mulki Kamis (08/05/2025).
Namun, saat sejumlah anggota FSB hendak memasuki gerbang PT GSI, tiba-tiba dihadang. “Kami hanya ingin berdiskusi soal masalah pungli dalam proses rekrutmen, kemacetan lalu lintas, dan transparansi dana CSR. Tapi surat kami tidak ditanggapi, sehingga kami memilih aksi damai. Sayangnya, saat tiba kami dihadang oleh sejumlah orang yang tidak kami kenal,” ujarnya.
Mulki menyebut salah satu anggota FSB, Sandi, yang juga warga Desa Titisan, Kecamatan Sukalarang, sempat mengalami kekerasan fisik. “Sandi didorong dan sempat digonjang-ganjing kepalanya,” ujarnya.
Selain itu, dua kendaraan milik peserta aksi mengalami kerusakan ringan seperti spion patah dan pelat nomor copot, namun telah diperbaiki kembali.
Pada audensi tersebut, FSB menyampaikan tujuh tuntutan utama. Yakni, menghentikan seluruh praktik pungli dalam proses penerimaan kerja, memperkuat tim independen anti pungli di internal PT GSI, mengusut dan menindak tegas oknum yang terlibat, memprioritaskan warga Sukalarang dan sekitarnya dalam perekrutan tenaga kerja, menyediakan solusi kemacetan dan membangun jalan alternatif, melakukan audit terbuka dana CSR selama 10 tahun terakhir dan membentuk forum CSR partisipatif yang melibatkan masyarakat setempat.
“Aksi ini tidak bertujuan mengganggu operasional perusahaan atau investasi yang masuk ke Sukabumi. Kami hanya ingin menyampaikan aspirasi masyarakat. Jika tidak ditanggapi, kami akan bersurat kembali ke perusahaan dan pemerintah daerah,” jelasnya.
Terkait kericuhan, FSB masih menunggu hasil penyelidikan dari kepolisian. “Kami mendorong pihak berwenang membuka CCTV untuk mengetahui siapa yang sebenarnya melakukan provokasi,” tambah Mulki.
Hingga berita ini diturunkan, pihak PT GSI 2 Sukalarang belum memberikan keterangan resmi.
Reporter: Fira AFS | Redaktur: Ujang Herlan
Discussion about this post