JURNALSUKABUMI.COM – Dinas Kebudayaan, Kepemudaan, dan Olahraga (Disbudpora) mengambil posisi penting sebagai penjaga nyala tradisi lokal di tengah semarak perayaan Hari Nelayan di berbagai wilayah pesisir Kabupaten Sukabumi.
Fokus tersebut secara tegas disampaikan Rudi Salim, staf Bidang Kebudayaan Disbudpora Kabupaten Sukabumi. Menurutnya, Disbudpora kini semakin fokus pada pelestarian ritus adat, yang menjadi akar kuat dari identitas budaya masyarakat pesisir.
“Sekarang kami hanya terlibat dalam pelaksanaan upacara adatnya saja,” ujar Rudi.
Ia menjelaskan bahwa upacara adat merupakan bagian dari warisan budaya tak benda yang perlu dijaga keberlanjutannya. Terlebih, kegiatan seperti Wagus Ajia yang dahulu menjadi simbol syukur dan doa masyarakat pesisir, kini hanya dipertahankan dalam bentuk ritual inti.
“Sumbangsih kami terfokus pada pelaksanaan upacara adat, karena memang itu yang menjadi leading sektor kami,” tambah Rudi.
Disbudpora menjadi garda terdepan dalam memastikan bahwa setiap rangkaian upacara adat dalam perayaan Hari Nelayan, terutama di Palabuhanratu, tetap berjalan sesuai nilai-nilai lokal yang autentik. Ini sekaligus menjawab harapan masyarakat yang merindukan penyelenggaraan budaya sebagai bagian dari identitas daerah.
“Respon mereka selalu positif. Setiap upacara adat yang digelar dalam rangka syukuran Hari Nelayan disambut hangat, karena sesuai dengan tradisi yang mereka harapkan,” ungkap Rudi.
Meski belum ada informasi lengkap terkait agenda besar lain dalam perayaan Hari Nelayan tahun ini, Disbudpora tetap berkomitmen menjalankan peran strategisnya sebagai penyelenggara upacara adat.
“Belum ada bocoran mengenai agenda selain upacara adat. Informasi tersebut sepenuhnya menjadi wewenang panitia pelaksana. Kami hanya fokus pada bagian yang menjadi tanggung jawab kami,” tandasnya.
Reporter: Ilham Nugraha | Redaktur: Ujang Herlan
Discussion about this post