Jumat, September 26, 2025
Jurnal Sukabumi
No Result
View All Result
  • Home
  • PERISTIWA
  • POLITIK
  • HUKUM
  • NASIONAL
  • PARLEMEN
  • EKBIS
  • WISATA
  • RAGAM
  • SOSOK
  • OPINI
  • GERBANG DESA
  • PENDIDIKAN
  • RELIGI
  • FOTO
  • VIDEO
  • Home
  • PERISTIWA
  • POLITIK
  • HUKUM
  • NASIONAL
  • PARLEMEN
  • EKBIS
  • WISATA
  • RAGAM
  • SOSOK
  • OPINI
  • GERBANG DESA
  • PENDIDIKAN
  • RELIGI
  • FOTO
  • VIDEO
No Result
View All Result
Jurnal Sukabumi
No Result
View All Result

Efektifitas Pendidikan Agama Islam dalam Kurtilas dan Kurikulum Merdeka

Redaksiby Redaksi
Selasa 31 Mei 2022
Efektifitas Pendidikan Agama Islam dalam Kurtilas dan Kurikulum Merdeka
Share on FacebookShare on TwitterShare Via WA

Oleh: Liana Ariesha Khoerudin (Mahasiswa Pascasarjana IMN Angkatan X Semster 2)

Pendidikan merupakan hal yang paling terpenting dalam membangun sebuah peradaban dunia. Dalam konteks Indonesia, tujuan Pendidikan yang di harapkan adalah mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya. Pendidikan harus mampu mempersiapkan warga negara berperan aktif dalam seluruh lapangan kehidupan, cerdas, aktif, kreatif, terampil, jujur, berdisiplin bermoral tinggi, demokratis, toleran dengan mengutamakan persatuan bangsa di atas kepentingan Suku, Agama, Ras dan Antar golongan. Dunia Pendidikan bersifat dinamis terus  mengalami perubahan-perubahan menuju kesempurnaan, baik itu bersifat ruang dan waktu. Dalam artikel ini, saya lebih mengerucutkan kepada Pendidikan Agama Islam atau PAI.

Adapun Hakekat Pendidikan Islam menurut A.Janan Asyifuddin dalam bukunya Pilar-pilar Pendidikan Islam  mengatakan  bahwa Islam tidak bersifat resisten, bahkan sangat mendorong adanya perubahan positif dan perubahan positif ini merupakan kunci kemajuan dan perbaikan, memperluas wawasan dan membentuk sikap yang toleran terhadap berbagai perubahan tanpa kehilangan pegangan dan pendirian adalah suatu kemestian, karena sunatulloh bagi terjadinya kemajuan memang harus melalui perubahan.

BacaJuga

300 Siswa di Palabuhanratu Konsumsi MBG, Dinkes Ambil Sampel Keracunan 

Kemendagri: Tren TPPO Terus Naik, Warga Desa hingga Kepala Daerah Harus Berperan

Menu Spaghetti MBG Diduga Pemicu Keracunan Siswa di Palabuhanratu

Sedangkan  secara historis,  Sejarah Pendidikan terbagi ke dalam dua bagian, ada Pendidikan non formal, yang di dapat dr selain Lembaga. Ada juga Pendidikan formal yang berpusat pada Lembaga Pendidikan.

Dan dalam pendidikan formal, ia mempunyai sistem yang di sebut dengan kurikulum. Kurikulum sebagai sebuah kerangka program dalam melaksanakan proses Pendidikan formal. Alih alih Untuk menuju kesempurnaan kurikulum, maka sudah beberapa kali terjadi tambal sulam kurikulum di Indonesia. Perubahan kurikulum tercatat kali pertama di mulai sejak tahun 1947 dengan nama Kurikulum Rencana Pelajaran. Tahun 1952 dengan nama Kurikulum Rencana Terurai. Tahun 1964 dengan nama Kurikulum Rencana Pendidikan. Tahun 1968, 1975, 1984, 1994 yang masing-masing menggunakan tahun sebagai nama kurikulum. Sedangkan kurikulum tahun 2004, dinamai Kurikulum Berbasis Kompetensi. Tahun 2006 dengan nama Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), 2013 dengan nama Kurikulum Dua Ribu Tiga Belas atau biasa di sebut Kurtilas (K-13).

Kurtilas ini, adalah kurikulum yang sebetulnya belum terlaksana seluruhnya di lapangan, sayangnya ia kembali dirombak di tahun 2022 ini. Dengan kurikulum pengganti yang di gembor-gemborkan sebagai Kurikulum Merdeka. Kurikulum terkini ini di atur dalam Keputusan Mendikbud Ristek No. 162/M/2021 tentang sekolah penggerak, namun kurikulum Merdeka (prototipe) lagi lagi belum seluruhnya dapat dijalankan di setiap sekolah. Hanya sekolah yang memiliki kualifikasi tertentu yang lolos sebagai sekolah penggerak. Dengannya maka pelaksanaan kurikulum merdeka ini diharapkan terlaksana secara perlahan namun pasti. Kurtilas dapat berangsur digeser menjadi kurikulum Merdeka.

Tetapi  praktiknya dilapangan, jangankan kurikulum merdeka, sebenarnya Kurikulum sebelumnya pun, yakni kurikulum tahun 2013 saja belum bisa sepenuhnya  terlaksana.

Padahal kurikulum yang sudah masif para pendidik gemari adalah kurikulum 2013. Karena penekanan kurikulum 2013 adalah muatan soft skill dan hard skill, yang dikembangkan melalui tiga kompetensi yaitu kompetensi pengetahuan, sikap, dan keterampilan. Namun tadi, meskipun ini lebih populer disukai, tetapi kurtilas sudah keburu diberlakukan. Diperparah lagi, sebelum kurtilas ini tergunakan secara nasional, sudah diberlakukan lagi kurikulum merdeka. Perbedaan mendasar kurtilas dengan kurikulum lainnya, yakni ada empat (4) hal yang mendasar:

Pertama,  Model pembelajaran tematik – integratif merupakan pendekatan pembelajaran yang mengintegrasikan  beberapa kompetensi dari berbagai mata pelajaran kedalam berbagai tema. Integrasi meliputi pengetahuan, sikap, karakter; dan dalam kompetensi dasar yang berhubungan antar berbagai materi pelajaran. Sehingga anak dapat belajar berbagai kosep dasar secara utuh, dan tidak secara parsial.

Kedua, pendekatan saintifik (scientific approach). Dalam pendekatan saintifik ini, pembelajaran dilakukan dengan maksud agar siswa  aktif, dan dapat menyusun konsep, hukum, serta prinsip melalui proses mengamati, merumuskan masalah, menyusun atau mengajukan hipotesis, mengumpulkan data dengan berbagai teknik, menganalisis data, menarik simpulan, dan mengkomunikasikan konsep, hukum, dan prinsip “yang ditemukan”.

Ketiga, strategi pembelajaran aktif. Dalam Permendikbud no 81A tahun 2013 memberikan pedoman bahwa strategi pembelajaran dalam K-13 diarahkan untuk memfasilitasi pencapaian kompetensi yang telah dirancang dalam dokumen kurikulum, sehingga peserta didik dapat menjadi pembelajar mandiri sepanjang hayat. Guna membentuk watak serta meningkatkan peradaban dan martabat bangsa.

Keempat adalah penilaian outentik, yaitu penilaian yang dapat dipercaya, asli, nyata, valid dan reliabel. Penilaian outentik berarti penilaian yang dilakukan secara komperhensif untuk menilai mulai dari masukan (input), proses, dan output pembelajaran. Penilaian outentik mencerminkan masalah dunia nyata, bukan hanya sekolah.

Implementasi K-13 pada  PAI. Pada pendekatan saintifik dalam proses pembelajaran, jika ditelaah lebih lanjut, prosesnya telah pula diinformasikan atau dilaksanakan oleh Rasulullah Saw. Dalam pendekatan saintifik, proses pembelajaran diawali dengan mengamati. Hal ini selaras dengan perintah Allah ketika pertama kali Rasulullah saw. Mendapatkan wahyu, yaitu “ اقزأ“, makna yang terkandung dalam bagian  surat Al-‘Alaq ayat satu (1) ini adalah mengamati, membaca, menelaah, Selanjutnya adalah “menanya” Teknik bertanya dapat memberikan stimulus kepada peserta didik untuk memusatkan perhatian kepada materi yang sedang dipelajari, memberikan motivasi, dan focus kepada pembelajaran. Teknik bertanya ini kemudian dikembangkan dan diintegrasikan dengan High older Thingking Skill (HOTS), yaitu teknik bertanya menggunakan pertanyaan-pertanyaan yang memberikan stimulus agar peserta didik dapat berfikir analisis, merangsang kreatifitas, dan inovasi.

Kemudian melakukan percobaan. Dalam firman Allah surat An-Naba ayat 6-7, yang artinya Bukankan kami telah menjadikan bumi sebagai hamparan? Dan gunung-gunung sebagai pasak?”. Allah menciptakan bumi sebagai hamparan yang luas dan indah, serta gunung-gunung sebagai pasak, adalah suatu bukti nyata. Yang Nampak, dan ini merupakan ayat-ayat Allah. Apa yang terjadi dalam hamparan bumi ciptaan allah ini haruslah di Imani, sebagai Sunnatullah. Kemudian mengolah informasi, adalah penerapan teori Thorndike, yaitu stimulus dan respon. Proses pembelajaran ini mengajak peserta didik untuk berfikir yang logis dan sistematis.

Kurtilas dan PAI. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa Proses pembelajaran K-13, dapat meningkatkan mutu pendidikan Agama Islam, yaitu melalui pendekatan saintifik peserta didik dapat lebih memahami prinsip-prinsip aqidah Islam.

Bagaimana dengan Kurikulum masa depan PAI?
Prospek pengembangan kurikulum pendidikan di Indonesia masa depan berhubungan dengan karakteristik masyarakat Indonesia dimasa depan. Menurut John Naisbitt, terdapat 10 Megatrend yang berpengaruh terhadap pengembangan kurikulum masa depan, yaitu:

a. Perubahan dari masyarakat industri ke informasi.
b. Menjalani situasi yang membutuhkan teknologi tinggi berkaitan dengan interaksi manusianya yang tinggi pula
c. Pindah dari ekonomi nasional ke dunia
d. Merubah rencana dan aksi jangka pendek ke jangka panjang
e. Berangkat dari sentralisasi ke pemerintahan dan pelayanan desentralisasi
f. Penekanan pertolongan sendiri dari pada institusi.
g. Bertolak dari demokrasi representatif kepada demokrasi partisipasi.
h. Berubah dari organisasi yang menampilkan hirarki kepada organisasi yang dicontohkan dengan networking.
i. Menarik minat dalam pergeseran demokrasi dari utara ke sun belt.
j. Berangkat dari situasi pilihan atau tidak kepada multiple opsi.

Selain karakter masyarakat masa depan, kebutuhan pendidikan masa depan juga menjadi acuan/dasar dalam pengembangan kurikulum masa depan. Kebutuhan pendidikan masa depan antara lain:
a. menghasilkan SDM yang memiliki 3 ciri utama: menguasai Iptek, memiliki kreativitas, dan solidaritas sosial.
b. Membekali Kompetensi dengan kemampuan dasar: dasar keagamaan, akademik, ekonomik, dan sosial-pribadi.
c. kemampuan belajar sepanjang hayat
d. pemanfaatan teknologi
e. Pendidikan moral
Adapun developmental approach (Pendekatan pengembangan) kurikulum masa depan, antara lain:
a. Kurikulum dan Pembelajaran terpadu (integrates Curriculum)
b. Pendekatan Akar Rumput
c. Pengelolaan Desentralisasi
d. Guru sebagai perencana, pelaksana, dan penilaian
Dari indikator dan pemaparan tentang kurikulum masa depan, maka dapat di simpulkan bahwa K-13 di harapkan mampu berkembang menjadi Kurikulum Masa Depan terutama dalam Pendidikan Agama Islam.
Upaya yang di lakukan di Indonesia adalah dengan diberlakukannya kurikulum 2013 yang diharapkan mampu menjadi masa depan pendidikan agama Islam di Indonesia. Permasalahan yang muncul adalah ketika guru PAI tidak memahami kurikulum 2013 yang dijadikan acuan dalam pelaksanaan pendidikan. Ironisnya ketidak pahaman ini terjadi hampir di sekolah yang dijadikan pilot project K13. Guru seharusnya memahami K13 mulai dari perencanaa, pelaksanaan, dan evaluasi pembelajaran PAI. Terobosan pendekatan saintifik dalam pembelajaran PAI dan evaluasi autentik belum berjalan sebagaiamana yang diharapkan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui implementasi kurikulum 2013 dalam mata pelajaran PAI di sekolah. Hal ini dilakukan karena K13 diharapkan menjadi masa depan perkembangan PAI di Indonesia.

Simpulan & Saran

Terkait dengan semua yang diuraikan, Ahmad Rifa’i dalam artikelnya  mengatakan bahwa dalam tataran pelaksanaan Kurkulum 13 di lapangan ada beberapa faktor yang menjadi kendala, diantaranya adalah: (1) kurikulum 2013 yang seharusnya di pahami guru PAI sebagai acuan pelaksanaan pembelajaran ternyata belum sepenuhnya di pahami. (2) Acuan pelaksanaan perencanaa, pelaksanaan, dan evaluasi K13 pada mapel PAI belum sepenuhnya dilaksanakan. (3) Pendekatan saintifik dan penilaian autentik belum di pahami dan dilaksanakan oleh guru PAI.
Untuk menanggani masalah tersebut harus melibatkan stakeholder di sekitarnya, yaitu dengan cara  memberikan saran kepada: (1) Dinas terkait, agar dapat melakukan pendampingan dan monitoing terhadap implementasi K13 pada mata pelajaran PAI di sekolah. (2) Guru, hendaknya guru PAI dapat memahami dan melaksanakan K13 seperti acuan pelaksanaan, perencanaan, dan evaluasi yang telah di tentukan, sehingga K13 dapat menjadi masa depan Pendidikan Agama Islam di Indonesia. Dengan demikian, Kurtilas lebih efektif sebagai masa depan PAI.

Sehingga, bagi pengambilan keputusan, terutama Mendikbud, ke depannya harus mempertimbangkan aspek aspek keputusan masa lalu dari pimpinan terdahulu, karena meminjam pandangan Alvin Tofler yang intinya bahwa Future Shock disorientasi individu atau suatu lembaga akibat keputusan keputusan masa lalu yang tidak efektif bagi keputusan hari ini dan esok. Pun demikian dengan keputusan yang diambil saat ini. Bila tidak berkaca pada keputusan sebelumnya, Future Shock berupa diorientasinya arah pendidikan terutama Pendidikan Agama Islam, akan terjadi. Sangat tepat untuk dijadikan bahan renungan dikala kondisi imej terhadap PAI sedang dalam titik nadir terendah. (*).

Tags: Efektifitas Pendidikan Agama Islam dalam Kurtilas dan Kurikulum MerdekaLiana Ariesha KhoerudinMahasiswa Pascasarjana IMN Angkatan X Semster 2OpiniSukabumi

Discussion about this post

Terpopuler

  • Viral! Siswa SMK di Palabuhanratu Diduga Keracunan MBG, 7 Orang Dilarikan ke RS

    Viral! Siswa SMK di Palabuhanratu Diduga Keracunan MBG, 7 Orang Dilarikan ke RS

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Menu Spaghetti MBG Diduga Pemicu Keracunan Siswa di Palabuhanratu

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ketukan Misterius Bikin Was-was Warga Sukabumi, Begini Kronologinya!

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • 300 Siswa di Palabuhanratu Konsumsi MBG, Dinkes Ambil Sampel Keracunan 

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Kombes Pol Nasriadi Turun ke Sukabumi, Cek Program Makan Bergizi Gratis

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

Terpopuler

  • Viral! Siswa SMK di Palabuhanratu Diduga Keracunan MBG, 7 Orang Dilarikan ke RS

    Viral! Siswa SMK di Palabuhanratu Diduga Keracunan MBG, 7 Orang Dilarikan ke RS

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Menu Spaghetti MBG Diduga Pemicu Keracunan Siswa di Palabuhanratu

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ketukan Misterius Bikin Was-was Warga Sukabumi, Begini Kronologinya!

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • 300 Siswa di Palabuhanratu Konsumsi MBG, Dinkes Ambil Sampel Keracunan 

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Kombes Pol Nasriadi Turun ke Sukabumi, Cek Program Makan Bergizi Gratis

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tentang Kami
  • Pedoman Media Siber
  • Hubungi Kami
  • Privacy Policy / Kebijakan Privasi
jurnal.smi@gmail.com

Copyright © 2025 Jurnal Sukabumi

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

No Result
View All Result
  • Home
  • PERISTIWA
  • POLITIK
  • HUKUM
  • NASIONAL
  • PARLEMEN
  • EKBIS
  • WISATA
  • RAGAM
  • SOSOK
  • OPINI
  • GERBANG DESA
  • PENDIDIKAN
  • RELIGI
  • FOTO
  • VIDEO

Copyright © 2025 Jurnal Sukabumi