JURNALSUKABUMI.COM – Gerakan donasi sukarela “Rereongan Sapoe Sarebu” (Sumbangan Seribu Sehari) atau yang dikenal sebagai Poe Ibu, tengah menjadi model gotong royong efektif di SMKN 3 Kota Sukabumi.
Program ini berhasil melatih siswa mempraktikkan solidaritas lewat saku mereka, sekaligus menjadi solusi bagi teman-teman yang kesulitan ekonomi.
Program yang diinisiasi oleh Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi (KDM) ini telah berjalan efektif selama dua minggu.
Menurut Guru Bimbingan Konseling (BK), Asep Dede Kurnia, gerakan ini merupakan tindak lanjut dari instruksi yang disampaikan oleh Kantor Cabang Dinas (KCD) Jawa Barat Wilayah V.
“Kami mendapatkan himbauan dari dinas pendidikan yang diteruskan dari Pak Gubernur. Karena SMK berada di bawah provinsi, kami wajib menyambut program ini,” ujar Asep pada Selasa (21/10/2025).
Gerakan Poe Ibu menekankan pada asas sukarela dan keikhlasan. Siswa diimbau menyumbangkan minimal Rp1.000, namun banyak yang berdonasi lebih, menunjukkan antusiasme yang tinggi.
Asep menjelaskan bahwa uang yang terkumpul diurus oleh panitia khusus dan disimpan di rekening terpisah, dengan hasil pendapatan dan pengeluaran diumumkan secara terbuka kepada seluruh siswa.
Dana yang terkumpul memiliki manfaat langsung dan spesifik. Bantuan disalurkan kepada siswa yang terdata memiliki kesulitan ekonomi, terutama yang menghadapi kendala biaya-biaya dasar untuk bersekolah.
“Uangnya digunakan untuk membantu siswa yang kesulitan, contohnya masalah transportasi (ongkos) atau seragam. Kami mendapatkan data dari wali kelas. Ketika ada siswa yang secara ekonomi terhambat, kami bantu agar sekolahnya tidak terganggu,” papar Asep.
Uang donasi ini dikumpulkan oleh tim kepanitiaan setiap hari Senin setelah pelaksanaan upacara bendera.
“Gerakan ini sangat bagus. Ini adalah bentuk kepedulian sosial antara siswa dan lingkungan sekolah. Intinya, kami ingin yang mampu, yang diberi kecukupan, membagi kepada yang kurang mampu,” jelas Asep.
Sistem pengumpulan juga sederhana. Lubna Salsabila, salah satu siswi Kelas XI, menceritakan bahwa perwakilan kelas akan maju ke depan usai upacara untuk mengumpulkan uang donasi. Ia menegaskan program ini tidak memberatkan.
“Nggak memberatkan sama sekali karena cuma seribu. Uang jajan kita pasti lebih dari itu,” ungkap Lubna.
“Kalau aku sendiri rutin menyumbang seribu. Kalau lagi enggak punya uang, ya enggak apa-apa, wajar saja,” tambah dia.
Dengan total 1.200 siswa serta 70 guru dan tenaga honorer yang turut berpartisipasi, pengelolaan dana dilakukan secara transparan.
Reporter: Fira AFS | Redaktur: Ujang Herlan
Discussion about this post