JURNALSUKABUMI.COM – Pondok Pesantren Dzikir Al-Fath kembali melaksanakan penelitian benda bersejarah di Museum Prabu Siliwangi, dengan menghadirkan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Senin (08/07/2024).
Sebanyak 80 benda bersejarah telah diteliti BRIN dalam koleksi dari periode sejarah di Museum Prabu Siliwangi. Kepala BRIN Irfan Mahmud menjelaskan, riset itu dilakukan selama lima hari.
“Kita lakukan studi morfologi lalu melihat enkripsi untuk mata uang kemudian melakukan pembacaan yang masih bisa dibaca, hingga mengidentifikasi dinasti, periode dan beberapa informasi lainnya,” ujar Irfan.
Dia mengatakan, adapun untuk benda yang mengandung logam, tentunya perlu diteliti lebih lanjut melalui laboratorium. Mislanya, penelitian terhadap kitab bersejarah atau naskah, sehingga membagi ke dalam tiga jenis.
Di antaranya kitab kuning yang berhubungan dengan pengetahuan dan ajaran yang berkembang di pesantren. Hasil riset menunjukkan, salah satu kitab kuning itu ditulis oleh pengajar dari Makkah.
“Itu artinya, sudah ada globalisasi pengetahuan pesantren di sini atau bisa disebut dengan adanya kitab itu ada pengetahuan yang diajarkan ke sana,” jelasnya.
Keseluruhan benda yang ada di Museum Prabu Siliwangi masih terus diteliti untuk diidentifikasi secara lengkap dan mendalam. Baik, itu terkait tahun pembuatan, serta bahan yang digunakan.
“Saya kira perlu juga didukung oleh pemerintah daerah agar bisa tumbuh dan jadi destinasi pendidikan buat anak sekolah, event agenda setiap saat, liburan akhir semester. Karena di sini koleksinya dari zaman pra sejarah hingga post kolonial tahun 40-50 an,” ungkapnya.
Di tempat yang sama, Pimpinan Ponpes Dzikir Al-Fath KH. Fajar Laksana mengatakan, pihaknya mengapresiasi dan bersyukur dari 80 benda yang diteliti BRIN telah dinyatakan sebagai benda artefak.
Dari 80 benda itu terbagi menjadi dua yaitu pertama, periode pengaruh Islam ada 20 benda yang meliputi naskah kitab kuning mushaf Al-Qur’an dan koleksi dari kesultanan Turki Utsmaniyah.
“Kedua periode kolonial atau post kolonial atau sesudah penjajahan itu ada 54 artefak yang meliputi benda dokumen, naskah jaman Belanda dalam bahasa Belanda, Melayu, Sunda dan Jawa. Juga dari uang kertas dan uang koin. Alhamdulillah ini sudah ditetapkan kategori artefak,” ucapnya.
Pihaknya juga berencana akan terus melakukan penelitian itu bersama BRIN. Sebab, salah satu dari puluhan benda itu terdapat kitab kategori internasional yakni kitab Zabur.
“Karena ada satu benda naskah yang hari ini bukan tingkatan lokal tapi tingkatan Internasional seperti yang diduga ada kitab Zabur. Itu harus diselidiki lagi tintanya itu harus ke lab, kertasnya harus ke lab itu ada kekhususan lagi,” jelasnya.
Meskipun membutuhkan waktu yang tak singkat, lanjut dia, diharapkan dengan adanya hasil riset yang dilakukan BRIN ini bisa semakin memperkuat keabsahan benda bersejarah yang dimiliki Museum Prabu Siliwangi. Serta semakin menarik minat masyarakat untuk memahami sejarah.
“Kenapa kita mengambil BRIN supaya masyarakat luas tahu bahwa benda kita itu sudah clear ini benda asli dari masa lalu kredibel valid dan disahkan sehingga siswa yang datang ke sini ga ragu-ragu lagi. kita sudah empat jenis benda yang diteliti, arca dan batu, keramik, naskah, mata uang,” tandasnya.
Reporter: Fira AFS | Redaktur: Ujang Herlan
Discussion about this post