Penulis: M. Sulaeman Nur, S.Sos.I., MPd (Sekprodi KPI STAI Al-Masthuriyah)
Bismillahirrahmanirrahim.
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT yang telah “mengkhatamkan” Shaum Ramadhan kita pada Tahun 1445 H ini dengan sempurna.
Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurah limpahkan bagi Junjunan Alam, Nabi Muhammad SAW, keluarganya, sahabatnya, tabi’in, tabi’it-tabi’in dan semoga kita menjadi umatnya yang kelak nanti mendapatkan Syafa’atnya di Yaumil Jaza’.
Aamiin yaa Rabbal’aalamiin.
Allah SWT berfirman dalam potongan/akhir ayat QS. Al-Baqarah ayat ke 185:
“… Walitukmiluu al-‘Iddata wa Litukabbiruu al-Allaha ‘alaa maa Hadaakum wa La’allakum Tasykuruuna”
yang artinya:
“… Hendaklah kalian mencukupkan bilangannya dan mengagungkan Allah SWT atas petunjuk-Nya yang diberikan kepada kalian, agar kalian bersyukur.”
Maksud ayat diatas:
Pada ayat ini, di dalam Tafsir Al-Jalalain disebutkan bahwa ada tiga poin penting yang harus dijadikan perioritas ketika kita puasa Ramadhan. Di antaranya:
1. “Walitukmiluu…”, ada yang membaca pula “Walitukammiluu…” Cukupkan oleh kalian! Maksudnya, Sempurnakan oleh kita puasa Ramadhan itu selama satu bulan penuh. Jangan sampai berkurang apalagi sengaja tidak puasa, karena hal tersebut merupakan kewajiban yang harus kita jalankan.
2. “Walitukabbiruu… “, agungkan oleh kalian! Maksudnya, ketika kita selesai puasa Ramadhan selama satu bulan penuh lalu kita sama-sama mengagungkan Allah SWT dengan bertakbir yang sebanyak-banyaknya, dimulai dari:
– Terbenam matahari
– Sampai ketika Imam Shalat Idul Fitri melaksanakan Takbiratul Ihram pada saat Shalat Idul Fitri atau pendapat lain, sampai matahari 1 tombak = seukuran 3,36 M
3. “Perintah Bersyukur!” Maksudnya, pada saat kita melaksanakan puasa Ramadhan selama satu bulan penuh dengan menghiasi kesempurnaan tersebut melalui Lafazh Takbir untuk Allah SWT adalah sebagai tanda bahwa kita menginginkan menjadi Hamba Allah SWT yang selalu bersyukur kepada-Nya. Bersyukur atas sebelum puasa Ramadhan, selama sebelas bulan kita diberikan anugerah mendapatkan karunia Allah SWT dengan ni’mat enaknya lidah, kerongkongan dan perut untuk melahap makanan dan minuman yang kita inginkan. Lalu kita hiasi dengan bersyukur dapat mengagungkan Allah SWT di malam hari/di siang hari pertama selepas Ramadhan (Syawwal) melalui bacaan Takbir yang:
– Muqayyad (Takbir yang sudah tentu dibacakan pada saat Takbiratul Ihram Shalat Fardlu atau Shalat Sunat yang sudah ditentukan)
– Takbir Mursal (Takbir yang bacanya tidak terbatas dan dilakukan ditempat yang tidak terbatas, bisa di mana saja seperti Masjid, Majelis Taklim, Lapangan, Kendaraan di halaman rumah dan lain-lain).
Juga bersyukur, bahwa kita ditakdirkan oleh Allah SWT menjadi umat baginda Nabi Muhammad SAW yang merasakan seluruh nuansa Zaman. Zaman dan waktu bserta fasilitas terbaik yang belum pernah Allah SWT berikan kepada umat-umat terdahulu, umat sebelum Nabi Muhammad SAW dilahirkan. Bahkan umatbyang dapat melaksanakan adanya Shalat ‘Id yang sangat Istimewa di mana-mana, sebagaimana Hadits dari Imam Ibnu Abbas RA:
“Bahwa, saya melaksanakan Shalat ‘Id bersama Rasulullah SAW, Sayyidina Abu Bakar, Sayyidina Umar, Sayyidina Utsman RA. Semuanya melaksanakan Shalat sebelum Khutbah berlangsung.” (HR. Mutafaq ‘Alaih). Begitu juga kita saat ini, semuanya melaksanakannya.
Di antara ketiga poin penting diatas, ada tiga Hikmah (keutamaan dan manfaatnya) yang kita bisa rasakan pada saat bulan Syawwal tiba, yaitu:
a. Ruhiyyah, yaitu manfaat psikologis, keimanan, spiritual atau ketuhanan.
Dengan hal tersebut, kita mendapatkan adanya pembiasaan diri agar memiliki sifat sabar, mampu untuk mengekang hawa nafsu dan mampu untuk melahirkan manusia bertaqwa sebagaimana tujuan khusus dari puasa Ramadhan.
b. Ijtima’iyyah, yaitu manfaat sosial kemasyarakatan. Dengan hal tersebut, dapat kita saksikan dan rasakan bersama bagaimana setaramya manusia untuk berpuasa, tidak ada perbedaan antara yang kaya dan miskin atau statuta lainnya. Semuanya, wajib berpuasa di bulan Ramadhan dengan syarat sudah memenuhi syarat dan rukun puasa, seperti Islam, baligh dan yang lainnya. Bahkan dalam hal ini, adanya saling tebar kasih sayang antar sesama. Seperti, saling memberi bahkan adanya jual beli kemanfaatan yang dapat dirasakan bukan hanya oleh orang Muslim tapi juga Non Muslim. Terlebih bila orang Muslim melaksanakan Khitanan atau Pernikahan di bulan Syawwal, dampaknya dapat dilakukan oleh Non Muslim karena barang dagangannya bisa dibeli juga boleh Muslim.
c. Shihhiyyah, yaitu manfaat kesehatan.
Dengan hal tersebut, dapat kita rasakan pada saat kita selesai puasa Ramadhan, usus-usus dan pencernaan terasa ringan karena puasa yang kita jalankan membersihkannya, lendir-lendir dan kotoran lain yang ada pada perut ikut pula terbersihkan, lemak juga kolesterol yang menjadi sumber penyakit berkurang bahkan seketika hilang. Sehingga di bulan syawwal ini, badan kita terasa segar dan ringan. Alhamdulillah. Semoga bermanfaat. Wallaahu A’lam bisshawaab. (*).
Discussion about this post