JURNALSUKABUMI.COM – Harga kacang kedelai terus merangkak naik semenjak di pertengahan Bulan Puasa hingga saat ini. Akibatnya, para pengrajin tahu dan tempe di Sukabumi menjerit.
Keluhan tersebut pun dirasakan jelas, Otong (50) salah satu pengrajin tahu yang berada di Kampung Kebon Kawung Rt. 09/04, Kelurahan Tipar, Kecamatan Citamiang, Kota Sukabumi.
Menurutnya, harga kacang kedelai dari Bulan Puasa hingga sekarang sedikit demi sedikit harganya terus naik, hingga tembus di angka Rp11 ribu perkilonya.
“Ya, jelas dikeluhkan lah sementara harga jual tahu ya segitu-gitu saja. Dalam satu harinya saya memproduksi tahu sebanyak 3,5 kwintal sedangkan belanja kacang kedelainya 2 ton dalam seminggu,” kata Otong kepada Jurnalsukabumi.com saat ditemui di pabriknya, Senin (32/05/2021).
Sebagai pelaku usaha kata dia, walaupun harga kacang kedelai sebagai bahan utama ini naik, sementara harga tahu tidak mungkin ikut naik pula. Sebab, kalau dinaikan harga tahu ini pasti tidak akan laku dan sepi pembeli.
“Ya gak mungkin kalau naik harga tahu mah. Paling kita siasati sedikit merubah ukuran cetakannya agar tidak merugi,” ulasnya.
Hal senada juga dilontarkan H. Dadang, pengrajin tempe di RT. 02/06, Kelurahan Citamiang/Citamiang. Ia mengaku, perharinya untuk membuat tempe membutuhkan bahan kacang kedelai 80 kg hingga 1 kwintal.
“Dati pembelian tersebut bisa menghasilkan sekitar 350- 500 lonjong tempe berbagai ukuran yang di distribusikan ke Pasar Gudang dan Pasar Ciwangi,” jelasnya.
Lanjut H. Dadang, agar tidak merugi seiring naiknya harga kacang kedelai yang mencapai Rp11 ribu samapi saat ini masih belum turun itu, mau tidak mau harus merubah atau mengotak-ngatik ukuran tempenya, meskipun mendapat kabar bahwa para pedagang tahu dan tempe yang berada di pasar akan melakukan mogok dagang sebagi bentuk protes terhadap pemerintah.
“Kami berharap agar terus bisa memproduksi bahan pokok bagi masyarakat seperti tempe ini, pemerintah segera mencarikan solusi agar harga kacang kedelai stabil seperti biasanya,” tandasnya.
Reporter: Azis Ramdhani | Redaktur: Ujang Herlan
Masukan komentar
Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator.